Keterangan di bawah ini adalah dali ziarah kubur,
yang mana ziarah kubur itu diperbolehkan/disunahkan
Kehidupan
jahiliyah sangat berbeda dengan ajaran Islam, setelah Islam datang mereka memeluknya. Kendati demikian demi menjaga akidah
mereka yang baru masuk Islam, Rasulullah
saw. tidak mengizinkan mereka untuk berziarah kubur. Sebab dalam
kehidupan sebelumnya mereka terbiasa untuk
meratapi makam. Akan tetapi setelah ajaran Islam meresap dalam diri mereka, setelah mereka mampu membedakan
antara kesedihan sebagai wujud kasih sayang dan ratapan sebagi simbul
ketidakrelaan atas keputusan Allah, maka Rasulullah saw. justru memerintahkan
umat Islam untuk sering berziarah kubur, beliau bersabda :
عَنْ
بُرَيْدَةَ t قَالَ : قاَلَ
رَسُوْلُ اللهِ r كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوهَا،
رواه مسلم
“Dari
Buraidah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Dulu aku melarang kamu berziarah
kubur, akan tetapi sekarang ziarahilah kubur.” (H.R. Muslim)
Dalam tata bahasa Arab kata فَزُوْرُوهَاshighot (bentuk kata) nya adalah fi’il amar (perintah). Dalam agama kalau ada perintah, baik wajib ataupun sunah, kalau kita kerjakan maka akan mendapat pahala dari Allah swt. termasuk perintah berziarah kubur.
Sehingga dalam kitab Alfiqhi ‘Alal
madzaahibil Arba’ah (fiqih empat madzhab) karangan Syekh Abdurrahman
Al-Jaziri, maka empat imam terkemuka, yaitu
Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali bersepakat bahwa
ziarah kubur itu hukumnya mandub (sunah). Hal ini dapat kita lihat dalam kitab
tersebut juz 1 halaman 490 yang berbunyi :
زِيَارَةُ
الْقُبُورِ
مَنْدُوبَةٌ لِلاتِّعَاظِ وَتَذَكُّرِ الْآخِرَةِ وَتَتَأَكَّدُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ
وَيَوْمًا قَبْلهَا وَيَوْمًا بَعْدَهَا عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَخَالَفَ الْحَنَابِلَةُ
وَالشَّافِعِيَّةُ فَانْظُرْ مَذْهَبَيْهُمَا تَحْتَ الْخَطِّ(1) وَيَنْبَغِي
لِلزَّائِرِ الاشْتِغَالُ بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالاعْتِبَارِ بِالْمَوْتَى
وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ لِلْمَيِّتِ فَإِنَّ ذلِكَ يَنْفَعُ الْمَيِّتَ عَلَى الْأَصَحِّ
وَمِمَّا وَرَدَ أَنْ يَقُولَ الزَّائِرُ عِنْدَ رُؤْيَةِ الْقُبُورِ اللهم رَبَّ
الْأَرْوَاِح الْبَاقِيَةِ وَالْأَجْسَامِ الْبَالِيَةِ وَالشُّعُورِ الْمُتَمَزِّقَةِ
وَالْجُلُودِ الْمُتَقَطِّعَةِ وَالْعِظَامِ النَّخْرَةِ الَّتِي خَرَجَتْ مِنَ الدُّنيْاَ
وَهِيَ بِكَ مُؤْمِنَةٌ أَنْزِلْ عَلَيْهَا رَوْحًا مِنْكَ وَسَلَامًا مِنِّيْ
وَمِمَّا وَرَدَ أَيْضًا أَنْ يَقُولَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ
وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَلَا فَرْقَ فِي الزِّيَارَةِ بَيْنَ
كَوْنِ الْمَقَابِرِ قَرِيبَةً أَوْ بَعِيدَةً وَخَالَفَ الْحَنَابِلَةُ فَانْظُرْ
مَذْهَبَهُمْ تَحْتَ الْخَطِّ (2) بَلْ يُنْدَبُ السَّفَرُ لِزِّيَارَةِ
الْمَوْتَى خُصُوصًا مَقَابِرِ الصَّالِحِينَ أَمَّا زِيَارَةُ قَبْرِ النَّبِيِّ r فَهِيَ مِنْ أَعْظَمِ
الْقُرَبِ
___________________________
(1) الْحَنَابِلَةُ قَالُوا
لَا تَتَأَكَّدُ الزِّيَارَةُ فِي يَوْمٍ دُونَ يَوْمٍ. الشَّافِعِيِّةُ قَالُوا تَتَأَكَّدُ
مِنْ عَصْرِ يَوْمِ الْخَمِيسِ إِلَى طُلُوعِ شَمْسِ يَوْمِ السَّبْتِ وَهذَا قَوْلٌ
رَاجِحٌ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ
(2) الْحَنَابِلَةُ قَالُوا
الْقُبُورُ إِذَا كَانَتْ بَعِيدَةً لَا يُوصَلُ إِلَيْهَا إِلَّا بِسَفَرٍ فَزِيَارَتُهَا
مُبَاحَةٌ لَا مَنْدُوبَةٌ
Berziarah
ke kubur hukumnya adalah mandub (sunah) untuk mengambil hikmah pelajaran dan mengingat akhirat. Menurut
Hanafiyah dan Malikiyah, sebaiknya ziarah itu pada Jum’at sehari sebelumnya
(hari Kamis) dan sehari setelahnya (hari
Sabtu). Hanabilah dan Syafi’iyah menyangkal pendapat tersebut. Perhatikan
madzhab mereka pada catatan kaki di bawah ini (1). Bagi yang berziarah kubur sepantasnya untuk membaca doa,
bersikap tunduk,
mengambil i’tibar dengan orang-orang yang telah meninggal dunia serta membaca Al-Qur’an bagi si mayit, karena hal
itu dapat mendatangkan manfaat bagi si mayit berdasarkan pendapat yang paling
shahih. Di antara lafadz bacaan doa yang telah ditetapkan adalah hendaknya orang yang melihat kuburan itu membaca : “Ya
Allah, Tuhan yang memiliki roh (jiwa) yang kekal, tubuh yang
rusak, rambut yang bercerai-berai, kulit yang
terpotong-potong dan tulang yang hancur
terpisah-pisah yang keluar dari dunia dalam keadaan beriman kepada-Mu,
berilah kepadanya keluasan dari-Mu dan kesejahteraan dari-Mu”. Dan di
antara bacaan doa yang telah ditetapkan juga
adalah : “Mudah-mudahan Allah mencurahkan kesejahteraan bagi
kamu, wahai penghuni kubur dari orang-orang yang beriman dan bila Allah menghendaki,
maka saya akan menyusulmu”. Tidak ada perbedaan dalam
ziarah kubur ini, antara dekat ataupun jauh. Hanabilah menolak pendapat ini,
perhatikanlah madzhab mereka pada catatan kaki di bawah ini (2). Bahkan disunahkan bersafar menziarahi (kuburan)
orang-orang yang telah meninggal, terutama kuburan orang-orang yang
shaleh. Sedangkan berziarah ke kuburan Nabi saw, maka hal itu adalah paling mulianya perbuatan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah.
__________________________
(1) Hanabilah : Mereka
berpendapat, tidak ada hari (khusus) yang lebih baik untuk ziarah kubur.
Syafi’iyah : Mereka berpendapat bahwa ziarah kubur itu
sebaiknya dilakukan di waktu Ashar pada hari Kamis hingga terbenam
matahari pada hari Sabtu. Ini adalah pendapat yang rajih (kuat) menurut
Malikiyah.
(2) Hanabilah : Mereka
berpendapat bahwa apabila kuburan itu jauh dan tidak bisa sampai kecuali dengan perjalanan (safar), maka
berziarah ke kuburan itu hukumnya mubah, bukan mandub
Dan dalil dari hadits lain masih banyak lagi,
diantaranya adalah :
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ َعْن زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ
فَزُوْرُوهَا، فَاِنَّهَا تُزَهِّدُ فِى الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْلآخِرَةَ
Rasulullah saw. bersabda : “Dulu aku melarang kamu
berziarah kubur, akan tetapi sekarang
ziarahilah kubur, karena yang demikian itu dapat menjadikan (seorang) zuhud terhadap dunia dan ingat terhadap
akhirat.” (H.R. Ibnu Majah)
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r كُنْتُ
نَهَيْتُكُمْ َعْن زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ ثُمَّ بَدَا لِى اَنَّهَا تُرِقُّ
الْقُلُوْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ فَزُوْرُوهَا وَلاَ تَقُوْلُوْا هَجْرًا
Rasulullah saw. bersabda : “Dulu aku melarang kamu
berziarah kubur, akan tetapi sekarang
tampak bagiku bahwa ziarah kubur dapat melunakkan hati dan membuat air
mata berlinang, oleh karena itu ziarahilah kubur, tetapi jangan ucapkan
kata-kata yang buruk.” (H.R. Ahmad)
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ r فَزُوْرُوهَا، فَاِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْتَ
Rasulullah
saw. bersabda : “Ziarahilah kubur, karena yang demikian itu mengingatkan
kamu akan kematian.” (H.R. Nasa’i)
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r نَهَيْتُكُمْ َعْن زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ
فَزُوْرُوهَا، فَإِنَّ فِى زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةَ
Rasulullah saw. bersabda : “Dulu aku melarang kamu
berziarah kubur, akan tetapi sekarang
ziarahilah kubur, karena di dalam ziarah tersebut terdapat peringatan.” (H.R. Abu
Dawud).
Bahkan
Rasulullah dalam beberapa hadits memerintahkan kita untuk menziarahi kubur beliau :
Dalam kitab Mafahim
Yajib An-Tushahhah halaman 277, 278, 296, 298, 299, karangan Syekh
Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani banyak hadits yang menerangkan hal ini,
diantaranya :
وَ فِى
النَّسَائِى وَغَيْرِهِ عَنْهُ rأَنَّهُ قاَلَ : إِِنَّ اللهَ وَكَّلَ بِقَبْرِىْ مَلآ ئِكَةً
يُبَلِّغُوْنِى عَنْ أُمَّتِى السَّلاَمَ
Dan di dalam (riwayat) Imam Nasa’i dan lainnya disebutkan
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah mewakilkan pada kuburanku
sejumlah malaikat yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.
اَلنَّبِيِّ rيَجِيْبُ مَنَ ناَدَاهُ قَائِلاً : يَا مُحَمَّدٌ، فَفِى
حَدِيْثِ أَبِى هُرَيْرَةَ t عِنْدَ أَبِى يَعْلَى فِى ذِكَرِ عِيْسَى : وَلَئِنْ قَامَ
عَلىَ قَبْرِى فَقَالَ : يَا مُحَمَّدٌ، لَأُ جِيْبَنَّهُ
Nabi Muhammad saw. akan menjawab panggilan
(sapaan) orang yang memanggilnya dengan
mengatakan : Ya Muhammad, Hal itu diisyaratkan secara tegas melalui hadits Abu Hurairah ra. dalam
riwayat Abu Ya’la ketika menyebutkan
tentang Nabi Isa : Sungguh jika ia berdiri di atas kuburanku
lalu mengatakan : Ya Muhammad, pasti akan ku jawab.
وَقَدْ أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدُ بِسَنَدٍ صَحِيْحٍ : مَا مِنْ أَحَدٍ
يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِى حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan
sungguh Abu Dawud meriwayatkan hadits dengan sanadnya yang shahih : Tidak seorangpun mengucapkan salam
kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan kepadaku ruhku sehingga
aku menjawab salamnya.
قَالَ
الشَّيْخُ أَبُوْ مُحَمَّدُ مُوَفِّقُ الدِّيْنِ
عَبْدُ اللهِ بْنِ قُدَّامَةَ : وَيُسْتَحَّبُ زِيَارَةَ قَبْرَ النَّبِيِّ r لَمَّا رَوَى الدَّارُقُطْنِى بِإِسْنَادِهِ عَنِ ابْنِ
عُمَرَ، قَالَ : قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ r مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِيْ
بَعْدَ وَفَاتِى فَكَأَ نَّمَا زَارَنِي
فِى حَيَاتِيْ
Syekh
Abu Muhammad Muwaffiq Al-Din Abdullah bin Quddamah mengatakan: Dan disunahkan
(mustahab) menziarahi makam (kuburan) Nabi Muhammad saw. berdasarkan hadits
riwayat Al-Daruquthni dengan isnadnya dari Abdullah bin Umar yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda : Barang siapa melakukan ibadah haji lalu ia berziarah ke
makamku setelah aku meninggal dunia, maka seakan-akan dia datang
berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.
رَوَاهُ سَعِيْدُ،
حَدَّثَنَا حَفَصِ بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنْ لَيْثَ،عَنْ مُجَاهِدَ عَنِ ابْنَ عُمَرَ،
وَقَالَ أَحْمَدُ فِى رِوَايَةٍ عَبْدُ اللهِ عَنْ يَزِيْدِ بْنِ قُسَيْطِ، عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ r قال : مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ عِنْدَ قَبْرِىْ إِِلاَّ
رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِى أَرُدَّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Diriwayatkan oleh Sa’id, telah menceritakan kepada kami
Hafas bin Sulaiman, dari Laits, dari Mujahid dari Ibnu Umar, Imam Ahmad
mengatakan dalam riwayatnya Abdullah dari Yazid bin Qusaith, dari Abu Hurairah
bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda
: Tidak seorangpun mengucapkan salam kepadaku dekat kuburanku
kecuali Allah akan mengembalikan kepadaku ruhku sehingga aku menjawab salamnya.
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r مَن زَارَ قَبْرِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ
Rasulullah saw. bersabda : “Barang siapa menziarahi
makamku, maka wajib baginya
syafa’atku.” (H.R. Tirmidzi, Hakim, Bazzar,
Daruquthni dan Baihaqi).
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r مَن زَارَ نِيْ بَعْدَ مَوْتِيْ فَكَأَنَّمَا
زَارَنِي فِى حَيَاتِيْ
Rasulullah saw. bersabda : “Barang siapa menziarahiku setelah
aku meninggal dunia, maka seakan-akan
dia datang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (H.R. Baihaqi).
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r مَن زَارَ نِيْ مُتَعَمِّدًا كَانَ فِى جِوَارِيْ
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
Rasulullah saw. bersabda : “Barang siapa menyengaja menziarahiku,
maka kelak di hari kiamat dia berada dalam perlindunganku.” (H.R. Baihaqi).
قاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ r مَنْ حَجَّ وَلَمْ يَزُرْنِيْ فَقَدْ جَفَانِيْ
Rasulullah
saw. bersabda : “Barang siapa menunaikan haji, tetapi tidak menziarahiku, maka dia telah meninggalkanku.” (H.R. Ibnu Hibban dan Daruquthni).
Demikian
pula dalam beberapa hadits Rasulullah saw. pernah, bahkan sering berziarah kubur :
وَعَنْ
عَائِشَةَ t قَالَتْ : كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ r كُلَّمَا كَانَ
لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ r يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى الْبَقِيْعِ فَيَقُوْلُ : السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَأَتاََكُمْ مَاتُوْعَدُوْنَ غَدًا
مُؤَجَّلُوْنَ وَإِنَّا إِنْشآءَ اللهُ بِكُمْ لاَ حِقُوْنَ، اللهم اغْفِرْ
ِلأَهْلِ بَقِيْعِ الْغَرْقَدِ. رواه مسلم
Dari A’isyah rha. Dia berkata : “Setiap gilirannya )tidur di
rumahnya) Rasulullah saw. keluar pada
akhir malam ke Baqi’ (pemakaman kaum Muslimin di Madinah), lalu beliau membaca السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَاَتاَكُمْ
مَاتُوْعَدُوْنَ غَدًا مُؤَجَّلُوْنَ وَاِنَّا اِنْشآءَ الله ُبِكُمْ لاَ
حِقُوْنَ, اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ِلأَهْلِ بَقِيْعِ الْغَرْقَدِ ( Salam sejahtera
untukmu wahai penghuni rumahnya orang-orang
yang beriman. Apa yang telah dijanjikan kepadamu telah tiba kepadamu,
dan jika diizinkan Allah kami akan menyusulmu. Ya Allah, ampunilah penghuni
pemakaman Baqi’il Gharqad.” (H.R. Muslim).
وعَنْ
بُرَيْدَةَ t قَالَ : كَانَ
النَّبِىُّ r يُعَلِّمُهُمْ اِذَا خَرَجُوْا إِلَى الْمَقَابِرِ أَنْ
يَقُوْلَ قاَئِلُهُمْ : اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ اَهْلَ الدِّياَرِ مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاِنَّا اِنْشآءَ اللهُ بِكُمْ لاَ حِقُوْنَ،
اَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ. رواه مسلم
Dari Buraidah ra. dia berkata : “Adalah Rasulullah saw.
mengajari mereka (para sahabat) bila keluar ke kuburan agar seseorang
diantara mereka membaca :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الدِّياَرِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَاِنَّا اِنْشآءَ اللهُ بِكُمْ لاَ حِقُوْنَ, اَسْأَلُ اللهَ
لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ (Salam sejahtera untukmu wahai penghuni rumahnya
orang-orang yang beriman dan orang-orang Islam. Dan jika diizinkan Allah, kami
akan menyusulmu, aku mohon kepada Allah bagi kami dan juga bagimu keselamatan.”
(H.R. Muslim).
Perlu
kita ketahui bahwa pada hakikatnya para Nabi, waliyullah dan kaum shalihin yang diridhai Allah, mereka itu
tetap hidup disisi Allah, firman Allah :
وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاء وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ
Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya)
mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. 2 Al Baqarah 154)
وَلاَ
تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء
عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
(Q.S.
3 Ali 'Imran 169)
Bukti lain adalah, apabila kita memberi salam
kepada saudara kita yang telah meninggal (yang pernah dilakukan oleh Nabi
saat memberi salam di pekuburan
Baqi’), maka penghuni di situ masih bisa menjawabnya, dapat kita lihat
pada hadits di bawah ini :
قاَلَ
رَسُوْلُ اللهِ r مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ كَانَ
يَعْرِفُهُ فِى الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ، إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيْهِ
رُوْحَهُ حَتَّى يَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
Rasulullah
saw. bersabda : “Tidaklah seseorang melewati makam saudaranya sesama muslim
yang ia kenal (semasa hidup) di dunia, kemudian ia ucapkan salam
kepadanya, melainkan Allah kembalikan ruh saudaranya itu (ke jasadnya) hingga
ia dapat menjawab salamnya.” (H.R.
Ibnu ‘Abdul Bar).
para Nabi, waliyullah dan kaum
shalihin yang diridhai Allah yang telah
meninggal masih dapat bermanfa’at dan mendoakan yang masih hidup, dalam
Al-Qur’an disebutkan :
وَقُلِ
اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan". (Q.S. 9 At
Taubah 105)
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir dalam
kitabnya Tafsirul
Qur’anil ‘Adzim juz 2 halaman 366 - 367
menyatakan :
وَرَدَ
أَنَّ أَعْمَالَ الْأَحْيَاءِ تُعرَضُ عَلَى الْأَمْوَاتِ مِنَ الْأَقْرِبَاءِ وَالْعَشَائِرِ
فِي الْبَرْزَخِ كَمَا قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِي حَدَثَنَا الصَلْتُ بْنُ
دِينَارٍ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
r إِنَّ أَعْمَالَكُمْ
تُعْرَضُ عَلَى أَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُورِهِمْ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا
اسْتَبْشِرُوا بِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا اللهم أَلْهِمْهُمْ أَنْ يَعْمَلُوا
بِطَاعَتِكَ
Telah
disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampakkan kepada kaum kerabat dan familinya yang telah mati di alam barzakh,
seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayasili, bahwa telah
menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Dinar, dari Al-Hasan, dari Jabir Ibnu
Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya
amal-amal kamu ditampilkan kepada kaum kerabat dan familimu di dalam kubur mereka. Jika hal itu baik, maka mereka
bergembira karenanya, dan jika itu
sebaliknya, maka mereka berdoa : Ya Allah berilah mereka ilham
(kekuatan) untuk mengamalkan amalan taat kepada-Mu.”
وَقَالَ
اْلاِمَامُ اَحْمَدُ: اَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقْ عًنْ سُفْيَانْ عَمَّنْ
سَمِعَ اَنَسًا يَقُوْلُ: قَالَ النَّبِىُّ r اِنَّ اَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى
اَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ اْلأَمْوَاتِ فَاِنْ كَانَ خَيْرًا
اِشْتَبْشَرُوْا بِهِ، وَاِنْ كَانَ غَيْرَ ذَالِكَ قاَلُوْا : اَللّٰهُمَّ لاَتُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا
هَدَيْتَنَا
“Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur-Razzaq, dari Sufyan, dari orang yang telah
mendengarnya dari Anas berkata : Nabi
saw. bersabda : “Sesungguhnya amal-amal kamu ditampilkan
kepada kaum kerabat dan familimu yang telah mati. Jika hal itu baik, maka mereka bergembira karenanya, dan jika itu
sebaliknya, maka mereka berdoa. Ya
Allah janganlah Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri mereka
hidayah, sebagaimana Engkau telah memberi kami hidayah.”
Syekh
Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani dalam kitab Mafahim Yajib An Tushahhah halaman 305, beliau
menerangkan bahwa Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (ulama dan panutan kaum wahhabi/orang-orang
yang memusyrikkan orang yang berziarah kubur) menyebutkan dalam kasidah atau bait syairnya yang terkenal
dengan sebutan Al-Nuniyyah karena setiap bait berakhir
dengan huruf Nun. Bait-bait itu terdiri dari 13 baris, halam hal ini kami nukil
dua baris yang terakhir yaitu :
هَذِي زِيَارَةُ مَنْ غَدَا مُتَمَسِّكًا $ بِشَرِيْعَةِ
اْلإِسْلاَمِ وَاْلإِيْمَانِ
مِنْ أَفْضَلِ اْلأَعْمَالِ هَاتِيْكَ الزِّيَا
$ رَةُ وَهْيَ يَوْمَ الْحَشْرِ فِى الْمِيْزَانِ
Itulah ziarah (kubur) bagi siapa yang berpegang teguh
Kepada syariat Islam dan tetap beriman
Ziarah
(kubur), ini termasuk amal yang paling utama
Dan pada hari mahsyar akan ditimbang
Silahkan telaah Al-Nuniyyah yang masyhur karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
Telaah pula apa yang dikatakan oleh syekh Ibnu Qayyib min afdhalil a’maali haatikaz ziyaaratu (Di antara
amal yang paling utama adalah ziarah kubur ini). Rupanya
boleh jadi Allah swt, telah membutakan mata hati
sebagian Muslimin yang tidak sempat membaca dan memahami perkataan itu
sehingga mereka mengingkari ziarah kubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar