Kamis, 10 September 2015

KEADAAN RUH SETELAH BERPISAH DARI BADAN




Dihimpun dari kitab Daqoiqul Akhbar karya Imam Abdurrohim bin Ahmad Al-Qadhi

Nabi Muhammad saw bersabda : Ruh setelah keluar dari jasad manusia dan telah melewati masa tiga haari, dia memohon kepada Allah swt agar diizinkan jalan-jalan dan melihat jasad yang pernah di tempatinya. Dia berkata : Ya Robbi, izinkanlah saya berjala-jalan dan melihat raga yang gahulu saya tempati. Allah mengizinkan, dan ruh itu pergi ke kubur tempat jasad berada, dia melihat dari jauh jasad yang hidung dan mulutnya bercucuran darah. Ruh itu lalu menangis, kemudian berkata : Aduh jasadku, aku kasihan sekali kepadamu. Hai kekasihku, apakah kamu teringat masa-masa hidupmu kemarin. Tempat ini adalah tempat yang penuh kesepian, bencana, kerusakan, kesedihan dan penyesalan.

Setelah tujuh hari, ruh itu kembali memohon kepada Allah : Ya robbi, berilah aku izin melihat jasadku. Allah memberinya izin dan ruh itu pergi mendatangi kuburan tempat kasadnya berada. Dia melihat dari jauh jasadnya yang telah dipenuhi oleh ulat dan cacing. Dia menangis dengan tangisan yang keras dan berkata : Oh jasadku, ingatkah kamu masa-masa hidupmu? Di manakah teman-temanmu dan tetangga-tetanggamu? Yang semuanya dulu senang dekat kepadamu. Hari ini mereka menangisiku dan menangisi kamu.

Diriwayatkan dari Abu hurairah ra : Orang mukmin apabila telah mati,maka rohnya mengelilingi rumahnya selama sebulan. Dia melihat harta kekayaan miliknya yang ditingnggalkan. Mabaimana harta-harta itu dibagi dan bagaimana hutang-hutangnya dilunasi. Ketika genap sebulan,maka ruh itu dikembalikan ke kubur orang mukmin itu dan bebas berkeliling melihat siapa orang-orang mendoakannya dan siapa orang-orang yang tetap berduka atasnya hingga setahun dari hari kematiannya.

Apabila telah genap setahun, maka ruh tersebut diangkat ke para arwah orang-orang mukmin berkumpul hingga hari kiamat, yaitu hari ditutupnya jendela kematian. Allah saw berfirman :


تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (Q.S. 97 Al Qadr 4)

Menurut satu pendapat, bahwa yang turun bersama para malaikat itu adalah Ar-Ruh dan Ar-Raihan.

Menurut pendapat lain, bahwa maksud Ar-Ruh dalam ayat di atas adalah seorang malaikat agung yang turun untuk benrhkismat kepada orang-orang mukmin. Sebagaimana firman Allah :


يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفّاً لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرحْمَنُ وَقَالَ صَوَاباً
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (Q.S. 78 An Naba' 38)

Ada pendapat yang mengatakan,bahwa maksud Ar-Ruh di atas adalah ruh mabusia, ada pula yang mengatakan ruh Nabi Muhammad saw di bawah Arasy yang meminta izin kepada Allah turun dimalam lailatul qadae,untuk memberi ucapan selamat kepada semua orang mukmin laki-laki dan perempuan.

Ada lagi pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud Ae-ruh adalah ruh para famili yang telah meninggal, ruh kerabat yang telah meninggal itu berkata : Wahai Tuhan kami, izinkanlah kami turun ke rumah-rumah kami,agar kami dapat melihat anak-anak kami dan keluarga kami, mereka itu lalu turun pada malam Lailatul Qadar, sebagai mana pendapat Imam Ibnu Abas ra, dia berkata : Apabila telah datang hari raya , hari Asyura, hari Jum'at pertama bulan Rajab, malam nisfu Sa'ban, malam Lailatul Qadar dan malam Jum'at,maka arwah orang-orang yang telah mati keluar daari kubur mereka dan berhenti di pintu-pintu rumah-rumah mereka seraya berseru : Belas kasihanilah kami pada malam yang penuh berkah ini dengan sedekah, walau berupa sesuap atau secuil roti. Kami benar-benar membutuhkannya. Apabila kalian semua enggan,maka hadiahkanlah kami dengan bacaan Al-Fatihah di malamyang berkah ini. Adakah orang yang masih memiliki kasih sayang kepada kami? Hai orang yang menempati rumah kami, wahai orang yang memiliki istri kami, hai orang yang menempati istana kami yang luas,kami sekarang berada dalam kubur yang sempit. Hai orang yang membagi-bagi harta kami, hai orang yang merengahkan anak-anak kami yang yatim. Apakah ada diantara kalian orang yang ingat kami di pengasingan. Lembaran catatan amal kalian semua masih terbuka dan dapat di isi. Sesungguhnya orang yang telah mati itu tidak berpakaian sehelai kain pun, oleh sebab itu janganlah kalian semua melupakan kami dengan menghadiahkan kepada kami doa mu,karena kami selalu membutuhkan kalian semua.

Apabila orang yang telah mati itu mendapatkan pahala sedekah dari keluarganya atau doa, maka dia kembali dengan senang, dan apabila tidakmendapatkan semua itu,maka dia kembali dalam keadaan sedih, cemas dan putus asa.

Dalam buku kami yang berjudul Rislah Ziarah Kubur pada bab dalil ziarah kubur disebutkan :

            Perlu kita ketahui bahwa pada hakikatnya para Nabi, waliyullah dan kaum shalihin yang diridhai Allah, mereka itu tetap hidup disisi Allah, firman Allah :

وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاء وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. 2 Al Baqarah 154)

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Q.S. 3 Ali 'Imran 169)

            Bukti lain adalah, apabila kita memberi salam kepada saudara kita yang telah meninggal (yang pernah dilakukan oleh Nabi saat memberi salam di pekuburan Baqi’), maka penghuni di situ masih bisa menjawabnya, dapat kita lihat pada hadits di bawah ini : 
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِى الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ، إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيْهِ رُوْحَهُ حَتَّى يَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
Rasulullah saw. bersabda : “Tidaklah seseorang melewati makam saudaranya sesama muslim yang ia kenal (semasa hidup) di dunia, kemudian ia ucapkan salam kepadanya, melainkan Allah kembalikan ruh saudaranya itu (ke jasadnya) hingga ia dapat menjawab salamnya.” (H.R. Ibnu ‘Abdul Bar).

            para Nabi, waliyullah dan kaum shalihin yang diridhai Allah yang telah meninggal masih dapat bermanfa’at dan mendoakan yang masih hidup, dalam Al-Qur’an disebutkan :

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. 9 At Taubah 105)

          Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsirul Qur’anil ‘Adzim juz 2 halaman 366 - 367  menyatakan :

وَرَدَ أَنَّ أَعْمَالَ الْأَحْيَاءِ تُعرَضُ عَلَى الْأَمْوَاتِ مِنَ الْأَقْرِبَاءِ وَالْعَشَائِرِ فِي الْبَرْزَخِ كَمَا قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِي حَدَثَنَا الصَلْتُ بْنُ دِينَارٍ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُورِهِمْ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشِرُوا بِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا اللهم أَلْهِمْهُمْ أَنْ يَعْمَلُوا بِطَاعَتِكَ
Telah disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampakkan kepada kaum kerabat dan familinya yang telah mati di alam barzakh, seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayasili, bahwa telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Dinar, dari Al-Hasan, dari Jabir Ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya amal-amal kamu ditampilkan kepada kaum kerabat dan familimu di dalam kubur mereka. Jika hal itu baik, maka mereka bergembira karenanya, dan jika itu sebaliknya, maka mereka berdoa : Ya Allah berilah mereka ilham (kekuatan) untuk mengamalkan amalan taat kepada-Mu.”

وَقَالَ اْلاِمَامُ اَحْمَدُ: اَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقْ عًنْ سُفْيَانْ عَمَّنْ سَمِعَ اَنَسًا يَقُوْلُ: قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى اَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ اْلأَمْوَاتِ فَاِنْ كَانَ خَيْرًا اِشْتَبْشَرُوْا بِهِ، وَاِنْ كَانَ غَيْرَ ذَالِكَ قاَلُوْا : اَللّٰهُمَّ لاَتُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا
“Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur-Razzaq, dari Sufyan, dari orang yang telah mendengarnya dari Anas berkata : Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya amal-amal kamu ditampilkan kepada kaum kerabat dan familimu yang telah mati. Jika hal itu baik, maka mereka bergembira karenanya, dan jika itu sebaliknya, maka mereka berdoa. Ya Allah janganlah Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri mereka hidayah, sebagaimana Engkau telah memberi kami hidayah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar