Minggu, 04 Oktober 2015

MEMBUKUKAN AL-QUR’AN BID'AH HASANAH




Dulu pada zaman Nabi ayat-ayat Al-Qur’an ditulis di atas pelepah tamar, tembikar, tulang-tulang, batu putih dan lain-lain yang bisa ditulis, disamping dihafal oleh para sahabat. Kemudian pada zaman Khalifah Sayidina Abu Bakar dimulai membukukannya. Membukukan ini adalah suatu bid’ah karena hal demikian tidak dikenal pada zaman Nabi, tetapi hal ini adalah bid’ah yang baik.

           
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ زَيْدَابْنَ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ : أَرْسَلَ إِلَيَّ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ مَقْتَلَ أَهْلِ الْيَمَامَةِ فَإِذَا عُمَرُابْنُ الْخَطَّابِ عِنْدَهُ. قاَلَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : إِنَّ عُمَرَ أَتَانِيْ فَـقَالَ : إِنَّ الْقَتْلَ قَدِاسْتَحَرَّ يَوْمَ الْيَمَامَةِ بِقُرَّاءِ الْقُرْآنِ وَ إِنِّيْ اَخْشٰى أَنْ يَسْتَحِرَّ الْقَتْلَ بِالْقُرَّاءِ بِالْمَوَاطِنِ فَيَذْهَبُ كَثِيْرٌ مِنَ الْقُرَّاءِ وَ إِنِّيْ أَرٰى أَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ الْقُرْآنِ، قُلْتُ لِعُمَرَ : كَيْفَ نَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قاَلَ  عُمَرُ : هَذِهِ وَاللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِيْى حَتّٰى شَرَحَ اللهُ صَدْرِيْ لِذٰلِكَ. وَرَأَيْتُ فِى ذَلِكَ الَّذِيْ رَاٰى عُمَرُ. قاَلَ زَيْدٌ، قاَلَ أَبُوْ بَكْرٍ: إِنَّكَ رَجُلٌ شّابٌّ عَاقِلٌ لاَ نَـتَّهِمُكَ وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ الوَحْيِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَـتَـبَّعِ لْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ. فَوَاللهِ لَوْ كَانُوْا كَلَّـفُوْنِيْ نَـقْلَ جَبَلٍ مِنَ الْجِبَالِ مَا كَانَ أَثْـقَلَ إِلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِيْ بِهِ مِنْ جَمْعِ لْقُرْآنِ، كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَ : هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ أَبُوْ بَكْرٍ يُرَاجِعُنِيْ حَتّٰى شَرَحَ اللهُ صَدْرِيْ لِلَّذِيْ شَرَحَ لَهُ صَدْرَ أَبِى بَكْرٍ وَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَتَـتَـبَّعْتُ الْقُرْآنَ أَجْمَعُهُ مِنَ الْعَسَبِ وَاللِّحَافِ وَصُدُوْرِ الرِّجَالِ
Dari Ubaid nbin Sabbaq bahwasanya Zaid bin Tsabit ra berkata : Abu Bakar Shiddiq (khalifah pertama) memanggil saya sesudah terjadi peperangan Yamamah, dimana banyak sahabat-sahabat Nabi saw. mati syahid. Saya dapati di hadapan beliau ada Sayyidina Umar bin Khaththab. Berkata Abu Bakar ra : Sesungguhnya Umar mendatangiku dan mengatakan kepada saya bahwa banyak ahli-ahli Qur’an (yang menghafal Al-Qur’an) wafat dalam peperangan yamamah. Saya hawatir kalau-kalau mereka banyak yang wafat dalam medan-medan perang yang lain, sehingga ayat Qur’an bisa hilang. Umar mendesak kepada saya supaya mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushhaf, lalu saya berkata kepadanya : Bagaimana engkau akan membuat suatu pekerjaan yang tidak dibuat oleh Rasulullah? Umar menjawab, demi Allah. Pekerjaan ini baik. Umar selalu meyakinkan saya sampai Allah menjernihkan dada saya dan saya setuju, dan akhirnya saya sependapat dengan Umar. Berkata Zaid, berkata Abu Bakar kepadaku : Engkau seorang pemuda pintar yang dipercaya. Engkau pada masa Nabi saw. masih hidup menjadi penulis wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasulnya. Cobahlah kumpulkan wahyu itu. Demi Allah (jawab Zaid), kalau engkau perintahkan saya untuk memindahkan sebuah gunung dari beberapa gunung, barang kali tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Bagaimana bisa membuat sesuatu yang tidak dibuat Rasulullah saw? Abu Bakar mendesak, Demi Allah ini baik. Maka Abu Bakar selalu meyakinkan saya, kata Zaid. Sehingga Tuhan membukakan hati saya sebagaimana hati Abu Bakar dan Umar. Maka saya cari ayat-ayat Al-Qur’an itu dan saya kumpulkan di mana pada mulanya ditulis di atas pelapah tamar, batu-batu putih dan yang ada di dalam dada para sahabat-sahabat Nabi saw. (H.R. Bukhari no. 4986).

Bila kita perhatikan konteks di atas, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra mengakui dengan ucapan sampai Allah menjernihkan dada saya dan saya setuju, dan akhirnya saya sependapat dengan Umar. Hatinya jernih menerima hal yang baru (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Al-Qur’an, karena sebelumnya Al-Qur’an belum dikumpulkan menjadi satu buku, tetapi terpisah-pisah di hafalan sahabat, pelapah tamar, batu-batu putih, kulit unta dan lain-lain. Ini adalah bid’ah hasanah, dan mereka berdualah yang memulainya.

Bid’ah yang baik (hasanah), adalah yang berfaedah dan untuk tujuan kemaslahatan Muslimin. Karena dengan adanya bid’ah hasanah di atas, maka semakin mudah bagi kita untuk membaca, mempelajari bahkan untuk menghafalkan Al-Qur’an.

           
Dari hadits di atas, nampak bahwa menuliskan Al-Qur’an dalam satu mushaf adalah sunnah Khalifah Rasyidin yang belum pernah dikenal pada zaman Nabi. Meskipun demikian umat Islam di dunia ini wajib menerima kitab suci Al-Qur’an yang dubukukan seperti yang ada pada saat ini meskipun pembukuannya ini dikatakan bid’ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar