Senin, 04 Januari 2016

Keutamaan dan waktu shalat sunnah fajar



Keutamaan shalat sunah fajar adalah lebih baik dari dunia dan isinya, sebagai mana dalam hadits di bawah ini :

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
Dari Aisyah, dari Nabi saw bersabda : Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan isinya. (H. R. Muslim no 1721)

Shalat sunah fajar adalah kata lain dari shalat qobliyah subuh, sehingga pelaksanannya adalah setelah adzan subuh dan sebelum iqomah, sebagai mana di jelaskan beberapa hadits di bawah ini :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ حَفْصَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنَ الأَذَانِ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تُقَامَ الصَّلاَةُ
Dari Ibnu Umar bahwa sesungguhnya Hafshah Ummul Mukminin telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah saw jika muadzin telah  selesai adzan untuk shalat subuh dan subuhpun telah nampak, beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan sebelum shalat (subuh) didirikan. (H. R. Muslim no. 1709 dan Bukhari no. 618)

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ  قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى فِيْمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ - وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ - إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلإِقَامَةِ.
Dari Aisyah, istri Nabi saw, ia berkata : Adalah Rasulullah saw pernah shalat antara habis shalat isya' - yang biasa disebut 'atamah - hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap dua rakaat beliau salam, dan beliau melakukan witir satu rakaat. Jika muadzin shalat fajar telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muadzin telah menemui beliau, maka beliau melakukan (shalat) dua rakaat yang ringan, kemudian beliau berbaring diatas lambung sebelah kanan hingga datang muadzin untuk iqamah. (H. R. Muslim no. 1752)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ إِذَا سَمِعَ اْلأَذَانَ وَيُخَفِّفُهُمَا
Dari Aisyah ia berkata : Adalah Rasulullah saw mengerjakan shalat dua rakaat fajar ketika selesai mendengar adzan (subuh), dan beliau meringankannya (H. R. Muslim no. 1714 dan Nasa'i )

Untuk lebih jelasnya hadits di atas, maka pakar hadits sekaligus pakar fikih yaitu Imam Nawawi menjelaskan :

(كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ إِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ وَيُخَفِّفُهُمَا ) وَفِي رِوَايَةٍ : ( إِذَا طَلَعَ الْفَجْرِ ) فِيْهِ : أَنَّ سُنَّة الصُّبْحِ لَا يَدْخُلُ وَقْتِهَا إِلَّا بِطُلُوْعِ الْفَجْرِ، وَاسْتِحْبَابُ تَقْدِيْمُهَا فِي أَوَّلِ طُلُوْعِ الْفَجْرِ وَتَخْفِيْفُهَا، وَهُوَ مَذْهَبُ مَالِك وَالشَّافِعِيّ وَالْجُمْهُوْرِ.
Adalah Rasulullah saw mengerjakan shalat dua rakaat fajar ketika selesai mendengar adzan (subuh), dan beliau meringankannya, dalam riwayat lain redaksinya (saat terbit fajar). Dalam hadits ini dijelaskan bahwa shalat sunat subuh belum masuk waktunya kecuali setelah munculnya fajar shadiq dan dianjurkan pengerjaannya dipermulaan munculnya fajar serta diringankan rakaatnya, inilah madzhab Imam Malik, Syafi’i dan mayoritas Ulama Fiqh.
(Kitab Syarh An-Nawawi ala Muslim, Juz : 4, halaman : 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar